HANNAMARUKU

HANNAMARUKU

Selasa, 30 Agustus 2022

Toleransi Dalam Beragama

 

Toleransi Dalam Beragama

Toleransi sangat dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan dan keserasian dalam lingkungan sosial. Indonesia merupakan negara yang memiliki begitu banyak keragaman yang meliputi keberagaman suku, ras, budaya, adat istiadat dan agama. Semua itu tidak lepas dari yang namanya toleransi, bagaimana kita dapat menghargai dan menghormati perbedaan tanpa memandang semua itu. Dengan kata lain, banyaknya perbedaan yang dimiliki Indonesia sangat berpotensi menjadi pemicu konflik yang dapat terjadi antar masyarakat. Banyak sumber yang dapat menyebabkan konflik itu terjadi misalnya konflik antar etnis, antar budaya, antar suku, antar adat istiadat, dan tak terkecuali hal yang menyangkut persoalan dengan agama.

Sebelum kita membahas lebih dalam tentang toleransi dalam beragama alangkah baiknya jika kita memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan toleransi itu sendiri. Istilah toleransi berasal dari Bahasa Latin, “tolerare” yang berarti sabar terhadap sesuatu. Jadi toleransi merupakan suatu sikap atau perilaku manusia yang mengikuti aturan, di mana seseorang dapat menghargai, menghormati terhadap perbedaan orang lain. Istilah toleransi dalam konteks sosial budaya dan agama berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu masyarakat, seperti toleransi dalam beragama, dimana kelompok agama yang mayoritas dalam suatu masyarakat, memberikan tempat bagi kelompok agama lain untuk hidup di lingkungannya.

Dengan adanya sikap toleransi, konflik dan perpecahan antarindividu maupun kelompok tidak akan terjadi karena toleransi merupakan modal utama dalam menghadapi keragaman dan perbedaan. Syarat terjadinya toleransi adalah adanya dua atau lebih pihak yang berinteraksi yang sama sama memiliki perspektif yang sama mengenai kerukunan yang harus diciptakan di suatu lingkungan, komunitas, atau bangsa tertentu. Sikap toleran masyarakat dalam kehidupan tidak berkontribusi secara sepihak tetapi harus melibatkan semua anggota komunitas yang baik.

Toleransi itu tidak bisa tiba tiba muncul begitu saja melainkan adanya faktor faktor pendukung yang turut menciptakan suasana toleransi itu sendiri didalam tubuh masyarakat dan juga adanya faktor penghambat yang bisa memudarkan bahkan menghilangkan sikap toleransi. Untuk faktor pendukung antara lain yaitu :

a. Faktor Memperkuat landasan toleransi antar umat beragama dengan pemerintah setempat. Peran pemerintah sangatlah penting untuk menjaga dan menciptakan adanya toleransi dalam masyarakat.

b. Membangun kerukunan sosial dan persatuan bangsa dalam bentuk untuk mendorong dan membimbing seluruh umat beragama.

c. Mengintegrasikan cinta dan kasih sayang ke dalam kehidupan umat beragama, menghilangkan rasa curiga terhadap pemeluk agama lain dan menciptakan suasana harmonis antar umat beragama.

d. Sadar bahwa perbedaan merupakan realitas dalam kehidupan bermasyarakat.

e. Saling membantu dan menolong sesama umat beragama dengan cara apapun, meminimalkan konflik atau  kesalahpahaman antar umat beragama.

Dan untuk faktor penghambatnya adalah :

a. Rendahnya sikap toleransi yang mengakibatkan adanya sikap saling curiga antara agama satu dengan yang lainnya.

b. Kepentingan politik

c. Sikap masyarakat yang fanatisme terhadap agama tertentu, merasa agama yang dianutnya adalah benar. Karena pada dasarnya tidak ada agama yang mengajarkan tentang kekerasan dan permusuhan. Dengan fanatisme, akan timbul kesalahpahaman secara berlebihan, baik itu pemahaman politik, agama maupun budaya.

Lalu peran pemerintah juga sangat berpengaruh dalam menjaga kerukunan antar umat beragama, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah antara lain mengeluarkan peraturan perundang-undangan salah satu contohnya Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (“UUD 1945”) menjelaskan bahwa “setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali,” namun faktanya ada beberapa sekelompok orang atau institusi yang tidak memiliki toleransi untuk bebas memeluk agama dan beribadah sesuai agamanya dan mendirikan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di setiap provinsi untuk memelihara kerukunan antar umat beragama.

Kira kira apa sih yang akan terjadi jika toleransi antaragama itu tidak ada:

  • 1.     Adanya perpecahan bangsa yang terjadi karena konflik sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Bisa karena ekonomi, status sosial, ras, suku, agama, dan kebudayaan.
  • 2.    Memandang masyarakat dan kebudyaan sendiri lebih baik, sehingga menimbulkan sikap merendahkan kebudayaan lain. Sikap ini mendorong konflik antarkelompok
  • 3.    Terjadinya konflik ras, antarsuku, atau agama
  • 4.     Terjadinya kemunduran suatu bangsa dan negara, karena pemerintah sulit membangun kebijakan
  • 5.    Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan
  • 6.  Menghambat usaha pembangunan dan pemerataan sarana dan prasarana

Dan adapun beberapa cara menghindari sikap intoleransi sebagai berikut:

1.     Tidak memaksakan kehendak diri sendiri kepada orang lain

2.      Peduli terhadap lingkungan sekitar

3.     Tidak mementingkan suku bangsa sendiri atau sikap yang menganggap suku bangsanya lebih baik

4.      Tidak menonjolkan suku, agama, ras, golongan, maupun budaya tertentu

5.     Tidak menempuh tindakan yang melanggar norma untuk mencapai tujuan

6.     Tidak mencari keuntungan diri sendiri daripada kesejahteraan orang lain

Adapun salah satu contoh akibat jika tidak adanya toleransi dalam beragama yaitu pada abad ke-17 telah terjadi pertempuran di Eropa tengah tepatnya di negara Jerman akibat konflik keagamaan. Perang ini dinamakan perang 30 tahun, perang ini terjadi dari tahun 1618 sampai 1648 dan melibatkan sebagian besar kekuatan-kekuatan di kawasan tersebut. Perang ini  terjadi antara agama Katolik dan Protestan yang membentuk Kekaisaran Romawi Suci.

Konflik agama ini muncul ketika Kaisar Ferdinand II menduduki takhta Kekaisaran Romawi Suci. Salah satu tindakannya adalah memaksa warga kekaisaran untuk menganut Katolik, meskipun kebebasan beragama telah diberikan sebagai bagian dari Perdamaian Augsburg yang ditandatangani pada 1555. Namun, dalam perkembangannya, Perang Tiga Puluh Tahun tidak hanya tentang agama, tetapi juga persaingan penguasa Wangsa Habsburg yang berusaha memperluas kendalinya di Eropa. Setelah Kaisar Ferdinand II mengeluarkan dekrit tentang pemaksaan agama Katolik, bangsawan Bohemia, saat ini termasuk wilayah Austria dan Republik Ceko, dengan tegas menolak. Mereka bahkan melakukan pelemparan perwakilannya ke luar jendela di Kastil Praha untuk menunjukkan ketidaksenangan terhadap keputusan kaisar.

Peristiwa Pelemparan di Praha (Defenestration of Prague) pada 1618 adalah awal dari pemberontakan terbuka di negara-negara Bohemia, yang mendapatkan dukungan dari Swedia, Denmark-Norwegia, sekaligus menandai dimulainya Perang Tiga Puluh Tahun. Sampai akhirnnya terjadilah perdamaian Westphalia di tahum 1648, berbagai pihak yang terlibar dalam pertempuran ini menandatangani serangkaian perjanjian yang berisikan prinsip cuius regio, euis religio, yang artinya bahwa setiap negara diberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinannya.

Dari peperangan tersebut bisa diambil makna bahwa kita memang sangat membutuhkan toleransi di negeri kita ini, jika tidak ada maka akan adanya peperangan, pemberontakan, dan lain lain, perdamaian westphalia juga bisa dicerminkan sebagai peraturan perundang-undangan di negeri kita. Maka dari itu marilah kita menerapkan sikap toleransi antar beragama dan mungkin tidak hanya antar agama saja melainkan antar suku, ras, budaya dan lain-lain.



 

Senin, 26 Desember 2011

Seni Mendengar

"Teman... Mendengarlah dengan sabar, maka
kita akan menemukan banyak hikmah dari
yang disampaikan orang lain kepada kita"


Dear Fathiyah,

Hari ini saya ingin menyuguhkan sebuah
artikel yg berhubungan dengan  'seni mendengar'.

Saya yakin Fathiyah akan menyukainya! :-)
Ok, selamat membaca! Semoga bermanfaat...

Salam hangat selalu!

Dari temanmu,
Anne Ahira

Asian Brain, CEO
PT. Asian Brain Internet Marketing Center
- --------------------
Main Article :
---------------------


Seni Mendengar


Ditulis oleh: Anne Ahira

Fathiyah,

Banyak orang bisa 'berkata', namun
sedikit yang mau 'mendengar'.

Padahal jika kita mau kembali ke hukum
alam, seharusnya kita harus lebih
banyak mendengar daripada bicara.
Bukankah Tuhan memberi kita dua
telinga dan hanya satu mulut? :-)

Begitupun jika kita saksikan pada bayi
yang baru lahir. Indra pendengaran
lebih dulu berfungsi daripada yang
lainnya. Lalu, mengapa mendengar lebih
susah daripada berbicara?

Meski secara kasat mata mendengar
adalah hal yang gampang, namun nyatanya
banyak orang yang lebih suka
didengarkan daripada mendengarkan.

Mendengarkan merupakan bagian esensi
yang menentukan komunikasi efektif.
Tanpa kemampuan mendengar yang bagus,
biasanya akan muncul banyak masalah.

Yang sering terjadi, kita merasa bahwa
kitalah yang paling benar. Kita tidak
tertarik untuk mendengarkan opini yang
berbeda dan hanya tergantung pada cara
kita.

Selalu merasa benar, paling kompeten,
dan tidak pernah melakukan kesalahan.
Duh... malaikat kali! :-)

Jika kita selalu merasa bahwa diri kita
benar, dan cara kitalah yang paling
tepat, itu berarti kita tidak pernah
mendengarkan.

Ide dan opini kita sangat sukar untuk
diubah jika fakta tidak mendukung
keyakinan kita. Bahkan kalau ada fakta
pun kita mungkin hanya akan sekedar
meliriknya saja.

Mungkin saat ini kita nyaman dengan
cara kita, tapi untuk jangka waktu yg
panjang, orang-orang akan menolak dan
membenci kita.

Jika kita mau mulai mendengarkan
orang lain, maka suatu saat kita akan
menyadari kesalahan kita. Jawaban
untuk mengatasi sifat ini adalah

mengasah skill mendengar aktif.

Mendengar tidak selalu dengan tutup
mulut, tapi juga melibatkan partisipasi
aktif kita. Mendengar yang baik bukan
berharap datangnya giliran berbicara.

Mendengar adalah komitmen untuk
memahami pembicaraan dan perasaan lawan
bicara kita. Ini juga sebagai bentuk
penghargaan bahwa apa yang orang lain
bicarakan adalah bermanfaat untuk kita.
Pada saat yang sama kita juga bisa
mengambil manfaat yang maksimal dari
pembicaraan tersebut.

Seni mendengar dapat membangun sebuah
relationship. Jika kita melakukannya
dengan baik, orang-orang akan tertarik
dengan kita dan interaksi kita akan
semakin harmonis.

Berikut teknik mudah yang dapat
dipraktekkan oleh Fathiyah dengan sangat
wajar untuk menjadi seorang pendengar
yang baik :
1. Peliharalah kontak mata dengan baik.
    Ini menunjukkan kepada lawan bicara
    tentang keterbukaan dan kesungguhan
    kita
2. Condongkan tubuh ke depan.
    Ini menunjukkan ketertarikan kita
    pada topik pembicaraan. Cara ini
    juga akan mengingatkan kita untuk
    memiliki sudat pandang yang lain,
    yaitu tidak hanya fokus pada diri
    kita.
3. Buat pertanyaan ketika ada hal yang
    butuh klarifikasi atau ada informasi
    baru yang perlu kita selidiki dari
    lawan bicara kita.
4. Buat selingan pembicaraan yang
    menarik. Hal ini bisa membuat
    percakapan lebih hidup dan tidak
    monoton.
5. Cuplik atau ulang beberapa kata
    yang diucapkan oleh lawan bicara kita.
    Ini menunjukkan bahwa kita memang
    mendengarkan dengan baik hingga hapal
    beberapa cuplikan kata.
6. Buatlah komitmen untuk memahami
    apa yang ia katakan, meskipun kita tidak
    suka atau marah. Dari sini kita akan
    mengetahui nilai-nilai yang diterapkan
    lawan bicara kita, yang mungkin berbeda
    dengan nilai yang kita terapkan.

Dengan berusaha untuk memahami, bisa
jadi kita akan menemukan sudut pandang,
wawasan, persepsi atau kesadaran baru,
yang tidak terpikirkan oleh kita
sebelumnya.

Seorang pendengar yang baik sebenarnya
hampir sama menariknya dengan pembicara
yang baik. Jika kita selalu pada pola
yang benar untuk jangka waktu tertentu,
maka suatu saat kita akan merasakan
manfaatnya.

Prosesnya mungkin akan terasa lama dan
menjemukan, tapi lama-kelamaan akan
terasa berharganya upaya yang telah
kita lakukan. Kita akan merasa lebih
baik atas diri kita, hubungan kita,
teman-teman kita, anak-anak kita,
maupun pekerjaan.
Kesimpulan: Jadilah pendengar yang
baik, karena sifat ini bisa menjadi

kunci untuk mengembangkan pikiran
yang positif
, dan merupakan salah satu
tangga Fathiyah untuk mencapai kesuksesan! :-)

Minggu depan saya akan mengirimkan
artikel tentang "Tips Bagaimana

Menciptakan Perubahan"

So, cek selalu emailnya, dan tunggu
tulisan dari saya berikutnya! :-)

Senin, 05 Desember 2011

Nikmatilah Perbedaan!

---------------------------------------
Artikel Utama :
---------------------------------------

Ditulis oleh: Anne Ahira untuk Fathiyah!

Perbedaan adalah anugrah dari
Yang Maha Kuasa!


Lihatlah sekeliling kita, indahnya
warna-warni bunga, warna-warni satwa,
dan segala keragaman lain yang
menghiasi dunia.

Bayangkan kalau kita hanya mengenal
warna hitam saja! Alangkah gelapnya
dunia ini! :-)

Tanpa adanya perbedaan dan warna-warni,
kita tidak akan merasakan hidup
semeriah dan seindah sekarang ini,
betul?! :-)

Begitu pun dengan kehidupan, setiap
insan selalu berhadapan dengan segala
macam perbedaan dan warna-warni
kehidupan.

Tapi sayang, tidak semua orang mampu
melihat perbedaan sebagai kekayaan.
Banyak orang merasa tersiksa karena
perbedaan alias mereka tidak mampu
menikmatinya.

Berbagai bentuk kejahatan dimulai hanya
karena perbedaan. Entah itu perbedaan
warna kulit, agama, suku bangsa,
prinsip, atau sekadar pendapat.

Sebenarnya, perbedaan bukanlah sesuatu
yang bisa dihindari. Setiap orang lahir
dengan perbedaan dan keunikannya
masing-masing. Mulai dari perbedaan
fisik, pola pikir, kesenangan, dan
lain-lain.

Tidaklah mungkin segala sesuatu hal sama.
Bahkan kesamaan pun sebenarnya tidak
selalu menguntungkan.

Coba bayangkan, seandainya semua orang
memiliki kemampuan memimpin, lantas
siapa yang mau dipimpin? Kalau semua
orang menjadi orang tua, siapa yang mau
jadi anak? Siapa juga yang akan
menerima sedekah, jika semua orang
ditakdirkan kaya?

Perbedaan ada bukan untuk dijadikan
alat perpecahan. Banyak hal positif
yang bisa kita peroleh dengan perbedaan.

Namun, tentu saja semua itu harus
bersyarat. Nah, syarat apa saja yang
harus dipenuhi?

Berikut di antaranya...
1. Cara pandang kita terhadap perbedaan.

    Berpikirlah positif dengan mensyukuri
    adanya perbedaan. Anggaplah perbedaan
    sebagai kekayaan. Cara pandang yang
    benar akan melahirkan sikap yang tepat.

    Ada baiknya kita mencari persamaan
    terlebih dahulu, sebelum mencari
    perbedaan.

2. Kelola perbedaan sebaik mungkin.

    Musyawarah untuk mencapai kesepakatan
    adalah jalan yang tepat untuk mengelola
    perbedaan.

    Berlatihlah utk menghargai, menerima,
    menjalankan dan bertanggungjawab
    terhadap keputusan bersama, meski
    berlawanan dengan ide awal kita.

3. Selalu posisikan segala sesuatu
    pada tempatnya.

    Saat bekerja sama dengan orang lain,
    salurkan potensi, karakter, minat yang
    berbeda-beda pada posisi 'yang tepat'.

    Cara ini akan mendorong tercapainya
    tujuan bersama dan mendukung
    pengembangan potensi masing-masing
    individu.

4. Jangan pernah meremehkan orang lain.

    Apapun dan bagaimana pun kondisi atau
    pendapat orang lain, perlakukan mereka
    selayaknya diri kita ingin diperlakukan.

    Anggaplah semua orang penting. Mereka
    memiliki peran tersendiri, yg bisa jadi
    tdk bisa digantikan oleh orang lain.

5. Jangan menonjolkan diri atau sombong.

    Merasa diri paling penting dan lebih
    baik daripada orang lain *tidak akan*
    menambah nilai lebih bagi kita. Toh
    kita tidak bisa hidup tanpa orang lain.

    Jadilah beton dalam bangunan. Meski
    tidak nampak, namun sesungguhnya ialah
    yang menjadi penyangga kokohnya sebuah
    bangunan. :-)

6. Cari sumber informasi yang terjamin
    kebenarannya.


    Perbedaan bisa muncul karena informasi
    yang salah. Oleh sebab itu, pastikan
    sumber informasi kita bisa terjamin dan
    dapat dipercaya kebenarannya. Lebih
    bagus lagi jika disertai bukti yang
    mendukung.

7. Koreksi diri sendiri sebelum
    menyalahkan orang lain.


    Menyalahkan orang lain terus menerus
    tidak akan banyak membantu kita. Bisa
    jadi kesalahan sebenarnya terletak pada
    diri kita. Karenanya, koreksi diri
    sendiri terlebih dahulu merupakan
    langkah yang paling bijaksana.

So, berhentilah menyesalkan perbedaan.
Karena jika tidak, Fathiyah akan
kehilangan sumber kebahagiaan! :-)

Sukses selalu untuk Fathiyah!

Sampai ketemu minggu depan! :-)


*********** Resource Box ****************

Selasa, 29 November 2011

"Tetapkan Tujuan Hidup"



"Without goals, and plans to reach them, you are
like a ship that sail with no destination"
--
                               (Fritzhugh Dodson)
Itulah perumpamaan bagi orang yang tidak punya
tujuan dalam hidupnya.

Banyak orang melakoni perannya, tapi tidak tahu
arah hidup yang ingin ditujunya. Mereka-reka hidup
adalah apa yang kemudian dilakukannya.

Bila sesuatu hal buruk terjadi, mereka akan berdalih
nasib tak berpihak padanya.

Tidak jarang seseorang baru menyadari tujuan
hidupnya pada usia tua. Sangat disayangkan memang.

Seringkali orang tidak berani melakukan perubahan
dalam hidupnya. Dia hanya menunggu, dan menunggu
adanya perubahan tersebut... hingga akhirnya tujuan
hidupnya tidak tercapai!

Sebenarnya, tidak masalah jika kita harus mengubah
tujuan hidup beberapa kali. Hal yg terpenting adalah
setiap saat kita mempunyai tujuan hidup yang ingin
dicapai.

Setidaknya kita tahu ke mana kita akan berjalan dan
strategi apa yang harus diambil.

4 Cara Yang Bisa Fathiyah Pakai Untuk Menetapkan
Tujuan Hidup:
1. Apa sebenarnya keinginan Fathiyah?
    Tanyakan pada hati nurani, apa sebenarnya
    keinginan Fathiyah untuk beberapa tahun ke depan?

    Tidak ada salahnya Fathiyah bermimpi. Fathiyah
    tidak perlu malu mengakuinya, lagipula, tokh tidak
    ada biaya yang harus Fathiyah keluarkan untuk
    sekedar bermimpi. ;-)
2. Kumpulkan informasi.
    Dengan mengumpulkan informasi, Fathiyah
    bisa lebih mudah mencapai tujuan yang diinginkan.

    Jika ada orang lain yang sudah berhasil melakukan
    yang Fathiyah inginkan, belajarlah dari mereka.
    Lakukan apa yang mereka kerjakan!
3. Jangan diam.
    Lakukan sesuatu dan secara terus menerus yang akan
    membawa Fathiyah pada impian hidup yang diinginkan!
4. Tingkatkan kemampuan
    Jika ada cara yang Fathiyah lakukan terbukti efektif
    dan mendekatkan pada tujuan yang ingin dicapai,
    maka alangkah baiknya jika Fathiyah berusaha untuk
    meningkatkan kemampuan dan menambah kecepatan
    kinerja agar tujuan hidup Fathiyah lebih cepat tercapai.

Jika keempat hal di atas Fathiyah lakukan secara terus
menerus tanpa lelah dan bosan, Insya-Allah Fathiyah
akan mendapatkan tujuan hidup yang diinginkan.

Fathiyah ibaratnya adalah seorang 'pemahat' atas
gambaran kehidupan Fathiyah sendiri. Dan seorang
pemahat yang baik akan selalu memiliki 'planning'
terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang
terbaik.

Dalam hal ini, Fathiyah pun hanya bisa sebesar dan
sebahagia sebagaimana tujuan yang telah Fathiyah
tentukan. Oleh sebab itu, pahatlah diri Fathiyah

sebaik-baiknya!

Minggu, 27 November 2011

Hargai Apa Yang Kita Miliki


Fathiyah,

Pernahkah Fathiyah mendengar kisah Helen Kehler?
Dia adalah seorang perempuan yang dilahirkan
dalam kondisi buta dan tuli.

Karena cacat yang dialaminya, dia tidak bisa
membaca, melihat, dan mendengar. Nah, dlm
kondisi seperti itulah Helen Kehler dilahirkan.

Tidak ada seorangpun yang menginginkan
lahir dalam kondisi seperti itu. Seandainya
Helen Kehler diberi pilihan, pasti dia akan
memilih untuk lahir dalam keadaan normal.

Namun siapa sangka, dengan segala
kekurangannya, dia memiliki semangat hidup
yang luar biasa, dan tumbuh menjadi seorang
legendaris.

Dengan segala keterbatasannya, ia mampu
memberikan motivasi dan semangat hidup
kepada mereka yang memiliki keterbatasan
pula, seperti cacat, buta dan tuli.

Ia mengharapkan, semua orang cacat seperti
dirinya mampu menjalani kehidupan seperti
manusia normal lainnya, meski itu teramat sulit
dilakukan.

Ada sebuah kalimat fantastis yang pernah
diucapkan Helen Kehler:

    "It would be a blessing if each person
     could be blind and deaf for a few days
     during his grown-up live. It would make
     them see and appreciate their ability to
     experience the joy of sound".


Intinya, menurut dia merupakan sebuah anugrah
bila setiap org yang sudah menginjak dewasa
itu mengalami buta dan tuli beberapa hari saja.

Dengan demikian, setiap orang akan lebih
menghargai hidupnya, paling tidak saat
mendengar suara!

Sekarang, coba Fathiyah bayangkan sejenak....

......Fathiyah menjadi seorang yang buta
dan tuli selama dua atau tiga hari saja!

Tutup mata dan telinga selama rentang waktu
tersebut. Jangan biarkan diri Fathiyah melihat
atau mendengar apapun.

Selama beberapa hari itu Fathiyah tidak bisa
melihat indahnya dunia, Fathiyah tidak bisa
melihat terangnya matahari, birunya langit, dan
bahkan Fathiyah tidak bisa menikmati musik/radio
dan acara tv kesayangan!

Bagaimana Fathiyah? Apakah beberapa hari cukup berat?
Bagaimana kalau dikurangi dua atau tiga jam saja?

Saya yakin hal ini akan mengingatkan siapa saja,
bahwa betapa sering kita terlupa untuk bersyukur
atas apa yang kita miliki. Kesempurnaan yang ada
dalam diri kita!

Seringkali yang terjadi dalam hidup kita adalah
keluhan demi keluhan.... Hingga tidak pernah
menghargai apa yang sudah kita miliki.

Padahal bisa jadi, apa yang kita miliki merupakan
kemewahan yang tidak pernah bisa dinikmati
oleh orang lain.  Ya! Kemewahan utk orang lain!

Coba Fathiyah renungkan, bagaimana orang yang
tidak memiliki kaki? Maka berjalan adalah sebuah
kemewahan yang luar biasa baginya.

Helen Kehler pernah mengatakan, seandainya ia
diijinkan bisa melihat satu hari saja, maka ia yakin
akan mampu melakukan banyak hal, termasuk
membuat sebuah tulisan yang menarik.

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran, jika kita
mampu menghargai apa yang kita miliki, hal-hal
yang sudah ada dalam diri kita, tentunya kita akan
bisa memandang hidup dengan lebih baik.

Kita akan jarang mengeluh dan jarang merasa susah!
Malah sebaliknya, kita akan mampu berpikir positif
dan menjadi seorang manusia yang lebih baik


Rabu, 23 November 2011

puisi kebersihan dan kesehatan

Aku lupa memedulikan lingkunganku
Saat lingkungan ku kotor
Aku lupa membersihkannya
Saat ku tercemar
Aku tidak membersihkannya
Lingkunganku
Kau menjadi berpolusi karena manusia
Kau menjadi kotor karena kami
Semua ulah itu kesalahan kami
Lingkungan hidupku
Maafkanlah perbuatan kami
Maafkan pula kelalaian kami
Mulai saat ini kami pasti akan menjagamu

Selasa, 22 November 2011

Condong Legong


Legong
Sepasang penari legong. Perhatikan kipas dan bentuk hiasan kepala yang khas untuk kelompok tarian ini.
Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari gambuh. Kata Legong berasal dari kata "leg" yang artinya gerak tari yang luwes atau lentur dan "gong" yang artinya gamelan. "Legong" dengan demikian mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi tari legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan.
Legong dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19 paruh kedua.[1] Konon idenya diawali dari seorang pangeran dari Sukawati yang dalam keadaan sakit keras bermimpi melihat dua gadis menari dengan lemah gemulai diiringi oleh gamelan yang indah. Ketika sang pangeran pulih dari sakitnya, mimpinya itu dituangkan dalam repertoar tarian dengan gamelan lengkap.[2]
Sesuai dengan awal mulanya, penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum mendapat menstruasi, ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari ini, disebut legong, selalu dilengkapi dengan kipas sebagai alat bantu. Pada beberapa tari legong terdapat seorang penari tambahan, disebut condong, yang tidak dilengkapi dengan kipas.
Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari papeson, pangawak, pengecet, dan pakaad.
Dalam perkembangan zaman, legong sempat kehilangan popularitas di awal abad ke-20 oleh maraknya bentuk tari kebyar dari bagian utara Bali. Usaha-usaha revitalisasi baru dimulai sejak akhir tahun 1960-an, dengan menggali kembali dokumen lama untuk rekonstruksi.
 
Beberapa tari legong
Terdapat sekitar 18 tari legong yang dikembangkan di selatan Bali, seperti Gianyar (Saba, Bedulu, Pejeng, Peliatan), Badung (Binoh dan Kuta), Denpasar (Kelandis), dan Tabanan (Tista).
Legong Lasem (Kraton)
Legong ini yang paling populer dan kerap ditampilkan dalam pertunjukan wisata. Tari ini dikembangkan di Peliatan. Tarian yang baku ditarikan oleh dua orang legong dan seorang condong. Condong tampil pertama kali, lalu menyusul dua legong yang menarikan legong lasem. Repertoar dengan tiga penari dikenal sebagai Legong Kraton. Tari ini mengambil dasar dari cabang cerita Panji (abad ke-12 dan ke-13, masa Kerajaan Kadiri), yaitu tentang keinginan raja (adipati) Lasem (sekarang masuk Kabupaten Rembang) untuk meminang Rangkesari, putri Kerajaan Daha (Kadiri), namun ia berbuat tidak terpuji dengan menculiknya. Sang putri menolak pinangan sang adipati karena ia telah terikat oleh Raden Panji dari Kahuripan. Mengetahui adiknya diculik, raja Kadiri, yang merupakan abang dari sang putri Rangkesari, menyatakan perang dan berangkat ke Lasem. Sebelum berperang, adipati Lasem harus menghadapi serangan burung garuda pembawa maut. Ia berhasil melarikan diri tetapi kemudian tewas dalam pertempuran melawan raja Daha.
Legong Jobog
Tarian ini, seperti biasa, dimainkan sepasang legong. Kisah yang diambil adalah dari cuplikan Ramayana, tentang persaingan dua bersaudara Sugriwa dan Subali (Kuntir dan Jobog) yang memperebutkan ajimat dari ayahnya. Karena ajimat itu dibuang ke danau ajaib, keduanya bertarung hingga masuk ke dalam danau. Tanpa disadari, keduanya beralih menjadi kera., dan pertempuran tidak ada hasilnya.
Legong Legod Bawa
Tari ini mengambil kisah persaingan Dewa Brahma dan Dewa Wisnu tatkala mencari rahasia lingga Dewa Syiwa.
Legong Kuntul
Legong ini menceritakan beberapa ekor burung kuntul yang asyik bercengkerama.
Legong Smaradahana
Legong Sudarsana
Mengambil cerita semacam Calonarang.
Beberapa daerah mempunyai legong yang khas. Di Desa Tista (Tabanan) terdapat jenis Legong yang dinamakan Andir (Nandir). Di pura Pajegan Agung (Ketewel) terdapat juga tari legong yang memakai topeng dinamakan Sanghyang Legong atau Topeng Legong.